Para pembaca rahimakumullah,
Telah diulas pada edisi yang lalu kisah kehidupan seorang ‘alim yang sangat
bersemangat di dalam menuntut ilmu dan beribadah. Juga tentang kesabarannya yang
luar biasa di dalam menghadapi berbagai ujian demi mempertahankan aqidah Ahlus
Sunnah.
Guru beliau, Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata: “Aku keluar
dari ‘Iraq. Dan tidaklah aku tinggalkan di kota tersebut seseorang yang paling
utama, paling berilmu, paling wara’ dan paling bertakwa daripada Ahmad bin
Hanbal.”
Al-Imam Abdurrazzaq Ash-Shan’ani rahimahullah berkata: “Tidaklah aku
melihat orang yang paling pandai dan paling wara’ daripada Ahmad bin
Hanbal.”
Yahya bin Sa’id Al-Qaththan rahimahullah berkata: “Tidaklah ada
seorangpun yang datang ke Baghdad yang lebih aku cintai daripada Ahmad bin
Hanbal.”
Karya-karya tulis beliau rahimahullah sangatlah banyak, diantaranya
ada yang berjudul “Fadhail Shahabah”, “Az-Zuhd”, “Kitab Tafsir”, “An-Nasikh wa
Al-Mansukh”, “At-Tarikh”, “Ahadits Syu’bah”, dan lain-lain. Yang paling terkenal
dari karya-karya beliau adalah “Al-Musnad”. Al-Imam Ibnu Katsir
rahimahullah berkata: “Tidak ada satu kitab musnad pun yang sebanding
dengan kitab musnad karya Imam Ahmad dalam hal banyaknya jumlah hadits yang ada
di dalamnya dan juga dalam hal bagusnya sistematika penyusunan.”
Pada edisi kali ini kami ingin menampilkan berbagai nasehat dan bimbingan
beliau, agar kita dapat mencontoh beliau di dalam berpegang teguh dengan sunnah
Nabi.
Amalan yang paling
utama
Ada seseorang yang bertanya kepada Imam Ahmad rahimahullah:
“Beritakan kepada kami amalan apakah yang paling utama?”
Beliau menjawab: “Menuntut ilmu.”
Dia bertanya kembali: “Bagi siapa?”
Beliau menjawab: “Bagi orang yang benar niatnya.”
Dia bertanya kembali: “Apa saja yang bisa membenarkan niat itu?”
Beliau menjawab: “Dengan meniatkan dirinya agar bisa bertawadhu’ dan
menghilangkan kebodohan darinya.”
Kewajiban Menuntut
Ilmu
“Setiap orang wajib menuntut ilmu yang menjadikan agamanya tegak
dengannya.”
Ditanyakan kepada beliau, “Seperti apa halnya?”
Beliau rahimahullah menjawab, “Yang ia tidak boleh bodoh (tidak
berilmu) tentang sholat, puasa, dan lainnya.”
Kemuliaan hati
Sesungguhnya setiap sesuatu memiliki kemuliaan, dan kemuliaan hati adalah
ridha kepada Allah Subhanallahu wa Ta’ala .
Mengingat Mati
Bahwasanya Imam Ahmad jika disebutkan tentang kematian maka beliau menangis
tersedu-sedu. Dan beliau berkata: “Rasa takut telah menghalangiku untuk
menyantap makanan dan minuman.”
Anjuran untuk
berusaha
Ada seseorang yang bertanya kepada Imam Ahmad:
“Bagaimana pendapatmu tentang seseorang yang duduk di rumahnya atau di
masjidnya kemudian berkata: “Aku tidak akan bekerja apapun sampai rizki itu yang
datang sendiri kepadaku.”
Beliau berkata: “Ini adalah seorang laki-laki yang tidak mengetahui ilmu.
Tidakkah dia mendengar ucapan Rasulullah: ‘dijadikan rizki-ku di bawah naungan
tombakku.’ Dan hadits yang lainnya tentang seekor burung yang di pagi hari dalam
keadaan lapar kemudian pergi untuk mencari makan. Allah berfirman: “Dan
orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah (rizki).”
[Al-Muzammil: 20]
Zuhud
Zuhud di dunia adalah: pendek angan-angan dan berputus asa (tidak
mengharapkan) dari apa yang ada di tangan manusia.
Kemuliaan sahabat
Rasulullah
Jika engkau melihat seseorang menyebutkan tentang salah seorang dari sahabat
rasulullah dengan kejelekan maka ragukanlah keislamannya.
Merasakan kesenangan
Ada seseorang bertanya kepada beliau: “Kapan seorang hamba akan merasakan
kesenangan?”
Beliau menjawab: “Dia akan merasakan kesenangan tatkala mulai memasuki
Al-Jannah (surga).”
Manusia pada hari
kiamat
Sesungguhnya Allah membangkitkan para hamba pada hari kiamat atas 3
keadaan:
- Orang baik yang tidak ada jalan untuk menyalahkannya. Allah Subhanallahu wa Ta’ala berfirman (artinya): “Tidak ada jalan sedikitpun untuk menyalahkan orang-orang yang berbuat baik.” [At-Taubah: 91]
- Orang yang kafir mereka berada dalam An-Naar (neraka), Allah Subhanallahu wa Ta’ala berfirman (artinya): “Dan orang-orang yang kafir, mereka berada di dalam Jahannam.” [Fathir: 36]
- Orang yang berdosa (dibawah dosa syrik), maka perkaranya diserahkan kepada Allah. Jika Allah berkehendak, maka ia akan diadzab, dan jika Allah berkehendak, ia akan diampuni. Allah Subhanallahu wa Ta’ala berfirman (artinya): “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni semua dosa yang dibawah dosa syirik bagi siapa yang dikehendakinya.” [An-Nisaa: 48 dan 116]
Hartawan yang zuhud
Imam Ahmad pernah ditanya tentang seseorang yang memiliki harta sebanyak 1000
dinar, apakah dia bisa dikatakan zuhud?”
Beliau menjawab: “Ya, dengan syarat dia tidak gembira ketika hartanya
bertambah dan tidak bersedih ketika hartanya berkurang.”
Menjaga harga diri
Beliau pernah berdoa dalam sujudnya:
“Ya Allah, sebagaimana Engkau telah menjaga wajahku dari sujud kepada
selain-Mu, maka jagalah wajahku dari meminta-minta kepada selain-Mu.”
Zakatnya ilmu
Beliau pernah ditanya tentang seorang yang banyak menulis hadits, maka beliau
memberikan jawaban:
“Seharusnya bagi dia untuk memperbanyak amalan sebatas apa yang dia peroleh
dalam mencari hadits tersebut.” Kemudian beliau melanjutkan ucapannya: “Jalannya
ilmu itu sama dengan jalannya harta. Sesungguhnya harta itu jika bertambah maka
bertambah pula zakatnya.”
Kesempurnaan makanan
Jika terkumpul pada makanan itu 4 hal maka sungguh telah sempurna:
- Jika disebutkan nama Allah, pada awalnya.
- Memuji nama Allah pada akhirnya.
- Memperbanyak jumlah orang yang makan.
- Makanan tersebut diperoleh dari jalan yang halal.
Tingkatan-tingkatan
Zuhud
Dalam zuhud ada tiga tingkatan:
- Meninggalkan yang haram. Ini adalah zuhudnya orang-orang yang awam.
- Meninggalkan sesuatu yang kurang bermanfaat dari perkara yang halal. Ini adalah zuhudnya orang-orang yang khusus.
- Meninggalkan sesuatu yang menyibukkan dari Allah. Ini adalah zuhudnya orang-orang yang telah mengenal Rabbnya.
Sikap dalam shalat
Beliau pernah ditanya: “Apa makna dari meletakkan tangan yang kanan diatas
tangan yang kiri?”
Beliau menjawab: “Merendahkan diri dihadapan Allah Subhanallahu wa
Ta’ala.”
Ketakwaan hati
‘Ali bin Al-Madini rahimahullah berkata: “Ahmad bin Hanbal
rahimahullah berkata kepadaku, ‘Sebenarnya aku ingin menemanimu pergi
ke Makkah dan tidaklah ada yang menghalangiku untuk menemanimu kecuali aku
khawatir akan membuatmu bosan atau engkau yang membuatku bosan.’
Ali rahimahullah berkata: “Ketika aku akan berpisah, kukatakan
kepadanya: ‘Wahai Abu ‘Abdillah, berilah aku suatu wasiat?’
Ahmad rahimahullah berkata: “Ya, tetapkanlah ketakwaan itu dalam
hatimu, dan tegakkanlah akhirat itu dihadapanmu.”
Bersegera dalam kebaikan
Setiap sesuatu dari kebaikan hendaklah engkau memberi perhatian padanya,
kemudian bersegera untuk memperolehnya sebelum terhalang antaramu dengan
kebaikan tersebut.
Ringan dalam hisab
Suatu yang sedikit dari perkara dunia maka kelak hisab (perhitungan)nya akan
ringan di akhirat
Berkurangnya
keimanan
Iman bisa bertambah dan berkurang. kebaikan semuanya adalah bagian dari iman
(menambah keimanan –red) dan kemaksiatan dapat mengurangi keimanan.
Semangat belajar
Tidaklah seseorang akan patah semangat di dalam menuntut ilmu kecuali orang
yang bodoh.
Keikhlasan
Al-Ikhlas adalah hendaklah amalanmu diniatkan dalam rangka ibadah dan
meninggalkan sesuatu yang haram, serta meniatkan setiap kebaikan dan ketakwaan
hanya semata-mata ditujukan kepada Allah. Ikhlas adalah ruhnya amalan. Amalan
tanpa ruh ibarat mayit. Allah tidak menerima amalan tersebut dan tidaklah dia
akan selamat dari api neraka.
Semangat beramal
Tidaklah aku menulis sebuah hadits kecuali aku telah mengamalkannya walaupun
cuma satu kali supaya tidak menjadi hujjah pada diriku kelak, sampaipun shalat 2
rakaat Maghrib antara adzan dan iqamat (aku telah mengamalkannya).
Doa beliau
Ya Allah, janganlah Engkau sibukkan hati kami dengan sesuatu yang telah
Engkau bebankan kepada diri kami.
Dan janganlah Engkau menghalangi diri kami dari kebaikan yang ada pada-Mu
dengan suatu kejelekan yang ada pada diri kami.
Dan janganlah Engkau perlihatkan pada diri kami apa yang telah Engkau
larang.
Dan janganlah Engkau luputkan bagi diri kami apa-apa yang telah Engkau
perintahkan.
Muliakanlah diri kami dan janganlah Engkau hinakan diri kami.
Muliakanlah diri kami dengan ketaatan dan janganlah Engkau hinakan diri kami
dengan kemaksiatan.
Maraji’:
- Mawa’izh Al-Imam Ahmad
- Musthalah Hadits karya Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin rahimahullah, hal. 63-66.
- Kitab Fadhail Shahabah jilid I
- Siyar A’lamin Nubala
- Bidayah wa Nihayah
Buletin Islam Al Ilmu Edisi No : 32/VIII/VIII/1431
0 komentar:
Posting Komentar